Kamis, 27 September 2012

Film Thailand Love Julinsee

Masa remaja mungkin adalah satu fase di mana cinta menjadi sebuah topik utama yang menarik untuk diperbincangkan. Dalam masa pencarian jati diri, cinta hadir bukan hanya sebagai pemanis hidup melainkan bisa menjadi benang merah dalam kehidupan seorang remaja.
Kisah cinta ala remaja yang khas dan tidak memerlukan banyak tenaga untuk berpikir diangkat oleh Chainarong Tampong dan Sakon Tiacharoen dalam sebuah film remaja berjudul Love Julinsee. Film ini dibuat dalam bentuk Anthology khas Thailand. Jika sebelumnya film dengan bentuk anthology adalah film horror, misalnya Phobia dan Four, kali ini mengangkat kisah cinta empat pasang remaja.
Keempat pasang remaja ini berkumpul dalam sebuah pagelaran musik, Big Mountain Music Festival, di Khao Yai National Park. Keempat pasang remaja ini tidak mengenal satu dengan yang lainnya. Namun begitu Paradox, salah satu band yang sedang naik daun di Thailand dan juga menjadi pengisi suara dalam pagelaran tersebut, melantunkan setiap lagu, terdapat banyak kenangan bagi setiap pasang remaja tersebut.
Lagu yang pertama dilantunkan berjudul Senior Crush. Menceritakan mengenai Boat (diperankan oleh Nuttapong Piboonthanakiet), seorang remaja ingusan yang merasa dirinya amat tampan untuk seluruh wanita. Termasuk seorang wanita bernama Bifon (diperankan oleh Apinya Sakuljaroensuk) yang merupakan kakak kelas dan seorang anggota cheerleaders. Untuk menunjukkan kepiawaiannya dalam memikat wanita, Boat pun mengajak Bifon untuk kencan semalaman. Begitu disetujui oleh sang wanita cantik, Boat langsung pamer di hadapan seluruh teman – temannya bahwa ia merupakan seorang playboy ulung. Boat hanya tidak menyadari bahwa Bifon menyimpan sebuah rencana untuk member pelajaran bagi anak ingusan itu bahwa cinta dan wanita bukan untuk permainan.
Waiting merupakan judul cerita yang kedua. Lagu yang dilantunkan ini berarti bagi Pla (diperankan oleh Irada Siriwut), seorang gadis yang baru saja patah hati karena diselingkuhi oleh pacarnya. Begitu sang kekasih pergi untuk melanjutkan studinya di luar negeri, Pla setia mengunggu kedatangan sang kekasih. Tepat 1 tahun kemudian, Pla malah melihat sang kekasih memberikan sebuah boneka Teddy Bear untuk wanita lain. Lewat sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Pla dalam pagelaran di sekolahnya, Pla melontarkan nyanyian yang bisa mempermalukan sang kekasih di hadapan banyak orang. Dan lagu ini lah yang sedang dilantunkan oleh Paradox.
Cerita yang ketiga mengangkat judul Love is Not to be Played With. Segmen ini mengambil durasi paling lama. Menceritakan berbagai tingkah konyol Nao (diperankan oleh Sornsuek) untuk menarik perhatian sang pujaan hati, Yoh (diperankan oleh Alexander Simon Rendell). Saking tidak masuk akalnya, begitu kesabaran Yoh habis, Yoh menolak Nao dengan perkataan yang cukup menyakitkan hati. Namun mereka dipertemukan kembali dalam pagelaran musik ini. Akan kah mereka menjadi sepasang kekasih seperti yang diharapkan Nao?

Best Friend, segmen yang terakhir mengangkat kisah cinta Yok (diperankan oleh Jirayu La-Ongmanee) dan Eue (diperankan oleh Monchanok Saengchaipiangpen), sepasang sahabat yang akhirnya memutuskan untuk menjadi kekasih. Namun kisah cinta mereka terhambat ketika terjadi kesalahpahaman. Eue melihat Yok berciuman dengan seorang gadis cantik yang menyukai Yok. Namun setelah dijelaskan, akhirnya mereka berbaikan lagi.
Dari keempat cerita di atas jelas merupakan kisah yang amat mudah dimengerti bahkan mungkin menjadi membosankan untuk beberapa kalangan. Seluruh musik yang ada digarap oleh Paradox yang juga ikut sebagai benang merah dari film berdurasi 90 menit ini. Salah satu keunikan dari film ini adalah kisah yang akan ditampilkan bukan karena mereka berada dalam pagelaran musik tersebut. Namun setiap alunan musik memberikan kenangan tersendiri bagi setiap insan.

1 komentar: